Sabtu, 08 Februari 2020

Prilaku Menyimpang Itu Relatif (Opiniku)


Prilaku Menyimpang Itu Relatif ?
Lalu Bagaimana Cara Menanggapinya ?

Akhir akhir ini bermunculan banyak kelompok-kelompok aneh di lingkungan masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan budaya leluhur atau norma dan nilai yang berlaku sedari dulu di masyarakat. Pernah dengar tentang “menyimpang” yah itu adalah anggapan bahwa seseseorang telah berprilaku tidak semestinya di sebuah lingkungan. Bisa kita contohkan dengan LGBT, siapa sih yang tidak tau LBGT ( Lesbi, Biseksual, Gay, Trans gender) yang sedang menjadi polemik di masyarakat indonesia. LGBT ini mulai menunjukan diri secara terang terangan di Indonesia sejak beberapa tahun belakangan ini. Organisasi atau perkumpulan LBGT mulai bermunculan di lingkungan masyarakat, mereka sudah tidak malu mengakui tentang diri mereka yang di anggap menyimpang tersebut. Tapi pernahkah kita berfikir kenapa mereka itu berani menampakan diri di Indonesia yang dominan menolak adanya LGBT tersebut ?.
Sejenak kita lihat ke negara negara lain yang melegalkan LGBT seperti Jerman, AS, Brazil, Prancis dan yang lain. Negara-negara tersebut telah melegalkan LGBT dan menganggap normal atas prilaku tersebut. Alasan negara tesebut adalah HAM ( Hak Asasi Manusia) produk hukum internasional yang sering di ucapkan orang. Pernah tidak dengar ucapan ini “itu hak mereka kan, toh dia yang menjalani dia bahagia, tidak merugikan saya” kira kira sederhananya begitulah bentuk HAM saat ini, dimana setiap orang menganggapnya sebagai bentuk kebebasan untuk bersikap dan berprilaku. Lalu alasan pengaruh media sosial yang berkembang sangat pesar di era modern ini. Hal tersebut juga sangat berpengaruh ketika banyak media yang memuat tentang LGBT dan menjadikanya sebagai tajuk utama berita maka hal tersebut sama saja dengan memperkenalkan LGBT sendiri, ketika banyak orang yang berfikir bahwa hal tersebut benar maka mereka akan mendukung, dan untuk yang memiliki prilaku demikian maka mereka akan membuat suatu perkumpulan dan mulai memperlihatkan diri mereka kemudian berkampanye melalu media tersebut untuk mencari dukungan dan bisa di tebak akhirnya mereka akan menuntut untuk di legalkan. Bisa di katakan ini adalah pengaruh media sosial yang begitu luas tanpa mengenal batasan.
Kita ambil contoh sederhana untuk dapat memahami hal di atas seperti, orang yang bertato berada dikalangan orang yang ngalim beragama, otomatis orang bertato tersebut akan di anggap menyimpang karena berprilaku tidak sesuai lingkungannya. Tapi ketika orang tersebut sedang berada di kalangan preman, mereka akan menerima orang tersebut, begitu juga kebalikannya ketika orang ngalim yang lembut berada di kalangan preman bengis yang kasar, maka orang ngalim tersebut akan dianggap aneh atau menyimpang oleh mereka. Jadi bisa kita ambil kesimpulan bahwa prilaku tersebut bersifat relatif tergantung dia berada di lingkungan yang seperti apa.
Peran masyarakat dalam hal ini adalah sebagai penilai dari suatu prilaku yang diperlihatkan oleh seseorang, jika orang tersebut berprilaku selayaknya norma dan nilai sosal yang berlaku di lingkungan tersebut maka dia akan di terima, dan begitupun sebaliknya. Di dunia yang luas ini banyak bentuk prilaku yang ada pada tiap tiap individu, dan mereka akan berkumpul sesuai dengan pola mereka dan membedakan tiap tiap pola sosial yang ada. Itu aturan alaminya dunia.
Mungkin, prilaku yang kita lihat menyimpang di lingkungan kita, merupakan prilaku normal yang ada di kelompok masyarat lain. Maka dari itu sering kita jumpai bahwa seseorang kabur dari rumahnya karena mereka dianggap aneh atau menyimpang oleh lingkungan tempat tinggal menuju ke tempat lain yang bisa menerima mereka apa adanya.
Bagaimana cara kita menyikapi hal tersebut ?, mungkin pertanyaan tersebut masih sulit untuk dijawab dan di praktekan. Karna masyarakat sendiri lebih suka memberi stigma tidak suka pada yang berbeda dan cenderung mengucilkannya. Sebenarnya cara menyikapi hal ini tergantung pada gaya hidup masyarat itu sendiri. Seperti contoh di aceh yang menerapkan hukuman fisik untuk prilaku prilaku menyimpang seperti LGBT, perselingkuhan, ataupun zina, hal tersebut di berlakukan untuk memberikan efek jera dan menjadi contoh untuk masyarakat. Tapi hal tersebut tidak menutup kemungkinan akan terjadinya hal yang sama di kemudian hari. Berbeda dengan masyarakat lain ada yang dengan cara pengusiran, pengurungan, atau di kucilkan dalam masyarakat.
Tapi kita bisa mengunakan cara lain yang lebih halus untuk menanggapi prilaku menyimpang, beberapa yang bisa di lakukan seperti memberi sosialisasi tentang prilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Memberikan pengertian bahwa prilaku menyimpang tersebut merugikan, tidak semestinya ada, dan tidak bisa diterima. Dan memberikan penegasan bahwa prilaku menyimpang akan di berikan hukuman dalam lingkup masyarak tersebut. Sebagai peringatan awal sosialisasi merupan tindakan mencegah munculnya prilaku menyimpang.
Langkah lainnya jika sudah terjadi prilaku menyimpang pada diri seseorang kita bisa melakukan rehabilitasi pada orang tersebut, mencoba membenarkan prinsip prilakunya agar sesuai dengan norma dan nilai yang ada. Pada tahapan ini komunikasi adalah hal penting, kita harus bisa memahami masalah orang tersebut lalu memberikan masukan masukan yang nantinya akan membuat prilakunya perlahan-lahan akan membaik. Jika beruntung orang yang menyimpang bisa merubah prilakunya tersebut dan akhirnya di terima oleh masyarakat tempat tinggalnya. Namun, jika hal tersebut gagal dan orang tersebut maka diperbolehkan untuk mengambil tindakan keras pada orang tersebut.
Pemahaman tentang prilaku manusia selalu berkembang, pada era modern sekarang banyak sekali manusia yang kehilangan jati dirinya, dan berkahir  pada kebingungan tentang apa yang benar dan apa yang salah. Peran media sangatlah besar dari proses terbentuknya prilaku, agar kita tidak tersesat baiklah kita dapat memilih informasi apa yang berguna untuk kita, tidak membuat kita menjadi orang yang menyimpang, dan tidak merugikan kita yang kita ambil. Tapi, terkadang sebagai pengguna media kita secara tidak sadar telah terpengaruh hal buruk dari suatu berita. Kunci sebenarnya adalah diri kita sendiri, perkuat pribadi dengan iman dan keyakinan akan kebenaran benar sudah kita miliki dari leluhur itu cukup untuk membuat melindungi kita dari hal negatif yang ada di arus informasi dunia yang begitu deras.





ini hanya opiniku saja yah.
sejujurnya, artikel ini pernah aku kumpulkan sebagai tugas untuk dosenku, dan yah, aku mendapat tanggapan yang cukup kritis di kelas.

aku juga masih butuh banyak belajar dan open mind lagi, tapi bukan berarti welcome dengan hal negatif, selektifpun masih harus tetap dipertahankan dan dilakukan.

see you in next artikel..
sorry jika aku pernah ngilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar