Mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam
Alquran, sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan
mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh adl firman Allah
SWT dalam surat Al-Anbiya ayat 80 yg artinya “Telah kami ajarkan kepada
Daud membuat baju besi utk kamu guna memelihara diri dalam
peperanganmu.” Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut
utk berbuat sesuatu dgn sarana teknologi. Sehingga tidak mengherankan
jika abad ke-7 M telah banyak lahir pemikir Islam yg tangguh produktif
dan inovatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kepeloporan dan keunggulan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan
sudah dimulai pada abad ke-7. Tetapi sangat disayangkan bahwa
kemajuan-kemajuan itu tidak sempat ditindaklanjuti dengan sebaik-baiknya
sehingga tanpa sadar umat Islam akhirnya melepaskan kepeloporannya.
Lalu bangsa Barat dengan mudah mengambil dan mentransfer ilmu dan
teknologi yg dimiliki dunia Islam dan dengan mudah pula mereka membuat
licik yaitu membelenggu para pemikir Islam sehinggu sampai saat ini
bangsa Baratlah yg menjadi pelopor dan pengendali ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Begitulah menurut catatan sejarah, bangsa Barat
berhasil mengambil khazanah ilmu pengetahuan yg telah dikembangkan lebih
dahulu oleh kaum muslimin kemudian mereka mengembangkannya di atas
paham materialisme, tanpa mengindahkan lagi nilai-nilai Islam. Sehingga
terjadilah perubahan total sampai akhirnya terlepas dari sendi-sendi
kebenaran. Para ilmuwan Barat dari abad ke abad kian mendewa-dewakan
rasionalitas bahkan telah mentuhankan ilmu dan teknologi sebagai
kekuatan hidupnya. Mereka menyangka bahwa dengan IPTEK mereka pasti
bisa mencapai apa saja yang ada di bumi ini. Dan merasa dirinya kuasa
pula menundukkan langit, bahkan mengira akan dapat menundukkan segala yg
ada di bumi dan langit. Sehingga tokoh-tokoh mereka merasa mempunyai
hak untuk memaksakan ilmu pengetahuan dan teknologinya itu kepada semua
yang ada di bumi agar mereka bisa mendikte dan memberi keutusan terhadap
segala permasalahan di dunia.
Sebenarnya masyarakat Barat itu
sepatutnya harus dikasihani, karena akibat kesombongannya itu mereka
lupa bahwa manusia betapapun tinggi kepandaiannya hanya bisa mengetahui
kulit luar atau hal-hal yang lahiriah saja dari kehidupan semesta alam.
Manusia hanya diberi ilmu pengetahuan yang sedikit dari kemahaluasan
ilmu Allah. Di atas orang pintar ada lagi yang lbh pintar dan sungguh
Allah SWT benci kepada orang yang hanya tahu tentang dunia tetapi bodoh
tentang kebenaran yg ada di dalamnya. Allah SWT berfirman yang artinya
“Celakalah bagi orang-orang kafir dgn siksa yg pedih. Mereka lbh
menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat dan menghalangi
manusia dari jalan Allah serta menginginkan agar jalan itu
berbelok-belok. Mereka berada dalam kesesatan yg nyata.”
Kemajuan teknologi secara umum telah banyak dinikmati oleh masyarakat
luas dengan cara yg belum pernah dirasakan bahkan oleh para raja dahulu
kala. Makanan lebih nikmat dan beraneka ragam, pakaian terbuat dari
bahan yg jauh lebih baik dan halus, sarana-sarana transportasi dan
komunikasi yang kecepatannya amat mengagumkan, gedung dan rumah tempat
tinggal dibangun dengan megah dan mewah. Tampaknya manusia di masa depan
akan mencapai taraf kemakmuran yang lebh tinggi dan memperoleh
kemudahan-kemudahan yang lebh banyak lagi.
Walaupun demikian
kita juga menyaksikan betapa batin manusia zaman sekarang selalu
menggeram karena sirat kerakusan manusia semakin merajalela, dan
perasaan saling iri di antara perorangan atau kelompok telah menyalakan
api kebencian di mana-mana. Kata orang bijak “di dunia sekarang ini
nafsu manusia lebih besar daripada akal sehatnya.” Kebanyakan manusia di
dunia, kini hanya mengingat kesenangan hidupnya dan lupa kepada
Tuhannya. Manusia mengira bahwa dunia ini adalah segalanya tidak ada
kelanjutannya dan tidak ada kehidupan kecuali di dunia saja.
Benar bahwa agama Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi baik
di zaman lampau di masa sekarang, maupun di waktu-waktu yg kan
datang. Demikian pula dengan ajaran Islam, yang tidak akan bertentangan
dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus, serta
analisa-analisa yang teliti dan obyekitf. Dalam pandangan Islam menurut
hukum asalnya segala sesuatu itu adalah mubah termasuk segala apa yg
disajikan oleh berbagai peradaban baik yang lama ataupun yg baru. Semua
itu sebagaimana diajarkan oleh Islam tidak ada yang hukumnya haram,
kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti
mengherankannya. Bukanlah Alquran sendiri telah menegaskan bahwa agama
Islam bukanlah agama yang sempit? Allah SWT telah berfirman yang artinya
“Di sekali-kali tidak menjadikan kamu dalam agama suatu kesempitan.”
Adapun peradaban modern yag begitu luas memasyarakatkan
produk-produk teknologi canggih, seperti televisi, video player,
alat-alat komunikasi, dan barang-barang mewah (gadget) lainnya, serta
yang menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, muda atau
anak-anak yang tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa
yg diakibatkannya. Tetapi di atas pundak manusianyalah terletak semua
tanggung jawab itu. Sebab adanya berbagai media informasi dan alat-alat
canggih yang dimiliki dunia saat ini, dapat berbuat apa saja. Kiranya
faktor manusianya-lah yg menentukan opersionalnya. Adakalanya menjadi
manfaat, yaitu manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat.
Tetapi dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka, manakala manusia
menggunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata. Memang
dalam abad teknologi dan era globalisasi ini, umat Islam hendaklah
melakukan langkah-langkah strategis dengan meningkatkan pembinaan sumber
daya manusia guna mewujudkan kualitas iman dan takwa, serta tidak
ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terutama mengenai
teknologi komunikasi dan teknologi informasi.
Namun seiring
dengan adanya upaya meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia
(umat islam) pun harus lebih jeli menentukan pilihan ini. Untuk apakah
semua kemajuan itu? Apakah sekadar utk menuruti keinginan-keinginan
syahwat, lalu tenggelam dalam kemewahan dunia hingga melupakan akhirat,
dan menjadi pengikut-pengikut setan? Ataukah sebaliknya semua ilmu dan
kemajuan itu dicari utk menegakkan syariat Allah, guna memakmurkan bumi
dan menegakkan keadilan seperti yg dikehendaki Allah serta untuk
meluruskan kehidupan dengan berlandaskan pada kaidah moral Islam. Itulah
pertanyaan dan tantangan bagi kita sebagai umat Islamyang haurs kita
jawab dengan pemikiran yang berwawasan jauh ke depan. Terlepas dari
problema dan kekhawatiran-kekhawatiran sebagaimana diuraikan di atas,
kita sebagai umat Islam harus selalu optimis dan tetap bersyukur kepada
Allah SWT. Karena sungguhpun perubahan sosial dan tata nilai kehidupan
yang dibawa oleh arus modernisasi, westernisasi, dan sekularisasi
terus-menerus menimpa dan menyerang masyarakat Islam, tetapi kesadaran
umat Islam utk membendung dampak-dampak negatif dari budaya Barat itu
ternyata masih cukup tinggi, meskipun hanya segolongan kecil umat, yaitu
mereka yang tetap teguh untuk menegakkan nilai-nilai Islam.
Berdasarkan penelaahan mengenai diatas, penulis dapat memaparkan tahapan
pemanfaatan teknologi informasi dimulai pada saat teknologi informasi
dianggap sebagai media yang dapat menghemat biaya dibandingkan dengan
metode konvensional, misalkan saja pemakaian mesin ketik, kertas,
penghapus, tipe-x, dan lain sebagainya yang cenderung tidak efisien.
Sekarang dengan bantuan komputer kita bisa melihat hasil ketikan di
layar monitor sebelum dicetak (paperless) sehingga lebih effisien dalam
waktu dan tempat penyimpanan file.
Setelah dirasakan bahwa teknologi
Informasi dapat menggantikan cara konvensional, orang mulai melihat
kelebihan lainnnya, seperti menggantikan sarana pengiriman surat dengan
surat eletronik (e-mail), pencarian data melalui search engine,
chatting, mendengarkan musik, dan sebagainya dimana pada tahapan ini
orang sudah mulai menginvestasikan kepada perangkat komputer. Dari
manfaat yang didapatkan, teknologi informasi mulai digunakan dan
diterapkan untuk membantu operasional dalam proses bisnis. Misalnya
perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan
menyediakan informasi jasa dan produk yang ditawarkan tanpa dibatasi
waktu dan ruang.
A. Sejarah Penerapan Teknologi dalam Peradaban Islam
Di
era keemasan Islam, para cendekiawan Muslim telah mengelompokkan
ilmu-ilmu yang bersifat teknologis sebagai berikut; ilmu jenis-jenis
bangunan, ilmu optik, ilmu pembakaran cermin, ilmu tentang pusat
gravitasi, ilmu pengukuran dan pemetaan, ilmu tentang sungai dan kanal,
ilmu jembatan, ilmu tentang mesin kerek, ilmu tentang mesin-mesin
militer serta ilmu pencarian sumber air tersembunyi. Para penguasa dan
masyarakat di zaman kekhalifahan Islam menempatkan para rekayasawan
(engineer) dalam posisi yang tinggi dan terhormat. Mereka diberi gelar
muhandis. Banyak di antara ilmuwan Muslim, pada masa itu, yang juga
merangkap sebagai rekayasawan.
Al-Kindi, misalnya, selain
dikenal sebagai fisikawan dan ahli metalurgi adalah seorang
rekayasawan. Selain itu, al-Razi juga yang populer sebagai seorang ahli
kimia juga berperan sebagai rekayasawan. Al-Biruni yang masyhur sebagai
seorang astronom dan fisikawan juga seorang rekayasawan.
Selain itu, peradaban Islam juga telah mengenal ilmu navigasi, ilmu
tentang jam, ilmu tentang timbangan dan pengkuran serta ilmu tentang
alat-alat genial. Menurut al-Hassan, teknik mesin dan teknik sipil yang
digolongkan sebagai ilmu matematika, bukan satu-satunya subyek
teknologis yang dikelompokkan sebagai sains. Para ilmuwan Muslim memberi
perhatian pada semua jenis pengetahuan praktis, mengklasifikasi
ilmu-ilmu terapan dan subyek-subyek teknologis berdampingan dengan
telaah-telaah teoritis,” ungkap Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill
dalam Islamic Technology: An Illustrated History. Sejumlah kitab dan
risalah yang ditulis para ilmuwan Muslim tercatat telah mengklasifikasi
ilmu-ilmu terapan dan teknologis. Menurut al-Hassan, hal itu dapat
dilihat dalam sederet buku atau kitab karya cendikiawan Muslim,
seperti; Mafatih al-Ulum, karya al-Khuwarizmi; Ihsa al-Ulum
(Penghitungan Ilmu-ilmu) karya al-Farabi, Kitab al-Najat, (Buku
Penyelamatan) karya Ibnu Sina dan buku-buku lainnya.
Para
rekayasawan Muslim telah berhasil membangun sederet karya besar dalam
bidang teknik sipil berupa; bendungan, jembatan, penerangan jalan umum,
irigasi, hingga gedung pencakar langit. Sejarah membuktikan, di era
keemasannya, peradaban Islam telah mampu membangun bendungan jembatan
(bridge dam). Bendung jembatan itu digunakan untuk menggerakkan roda air
yang bekerja dengan mekanisme peningkatan air. Bendungan jembatan
pertama dibangun di Dezful, Iran.
Bendung jembatan itu mampu
menggelontorkan 50 kubik air untuk menyuplai kebutuhan masyarakat Muslim
di kota itu. Setelah muncul di Dezful, Iran bendung jembatan juga
muncul di kota-kota lainnya di dunia Islam. Sehingga, masyarakat Muslim
pada masa itu tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air
bersih.
Selain itu, di era kekhalifahan para insinyur Muslim
juga sudah mampu membangun bendungan pengatur air diversion dam.
Bendungan ini digunakan untuk mengatur atau mengalihkan arus air.
Bendungan pengatur air itu pertama kali dibangun insinyur Muslim di
Sungai Uzaym yang terletak di Jabal Hamrin, Irak. Setelah itu, bendungan
semacam itu pun banyak dibangun di kota dan negeri lain di dunia Islam.
Pencapaian lainnya yang berhasil ditorehkan insinyur Islam dalam bidang
teknik sipil adalah pembangunan penerangan jalan umum. Lampu penerangan
jalan umum pertama kali dibangun oleh kekhalifahan Islam, khususnya di
Cordoba. Pada masa kejayaannya, pada malam hari jalan-jalan yang mulus
di kota peradaban Muslim yang berada di benua Eropa itu bertaburkan
cahaya.
Selain dikenal bertabur cahaya di waktu malam, kota-kota
peradaban Islam pun dikenal sangat bersih. Ternyata, pada masa itu para
insinyur Muslim sudah mampu menciptakan sarana pengumpul sampah, berupa
kontainer. Sesuatu yang belum pernah ada dalam peradaban manusia
sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar