Minggu, 29 Maret 2020

Corona dan Dua mata yang berbeda

hey,. Akid kembali menyapa.

 - Hari ke 13 aku dikarantina di rumah karena adanya virus yang menyerang seluruh dunia. (Keren banget, biasanya aku nonton invansi alien, eh hmm-- perang juga) tapi sekarang dunia sedang diserang oleh virus dan terjadi di duni nyata. Corona virus ini sangat menganggu, beneran dia bagaikan musuh besar bagi seluruh umat manusia. tapi ... apakah benar begitu, selama karantina aku mengurung diri dirumah, menjalani kelas online, rebahan, dan tugas menggunung. tapi jujur saja keadaan membosankan ini membuat otakku makin berkarat. lalu aku memutuskan untuk kembali aktif menulis (Mumpung juga banyak waktu luang di rumah) cerita, dan post blog lagi.   


   jika melihat apa yang terjadi aku.......... kok. memilikirkan hal ini ya ?;.,,

Corona. "hey aku menyapa"

   Ketika aku menyadari bahwa dunia lebih membutuhkan ketenangan saat ini, ketika aku tau bahwa dunia mungkin membutuhkan waktu untuk istirahat. apa yang kau lihat sebagai hal yang gelap, mengerikan, jahat, kelam lalu menyapa, hey--- namaku Corona. Alarem pengingat bahwa kau butuh berbedah. 
  Kehidupan kembali terasa lebih tenang, dan banyak orang lebih banyak berdiam diri, aku mengganggap ini waktu yang tepat untuk beristirahat, memikirkan kembali dengan tenang tentang apa-apa yang sudah terjadi ditengah kerusuhan, bukan. Ini bukan kerusuhan, hanya pengingat bahwa kau butuh istirahat dan kembali berfikir dengan cermat. Semakin banyak orang mencoba untuk lebih menghargai kehidupan, baik  milik mereka maupun milik dunia mereka. 

   Aku tidak bisa berbohong jika ada rasa yang mengerikan dalam diriku, yah aku membunuh banyak orang, membuat tetesan deras air mata mulai menggenang. Aku mencuri kehidupan yang sangat disayangi oleh manusia. Katakanlah aku jahat, gelar seperti itu akan ada dipunggungku dan tanpa keberatan aku akan menerimanya. setiap cerita membutuhkan tokoh antagonis yang kuat untuk memunculkan jiwa-jiwa pahlawan yang tegar dan kuat berdiri ditengah kerumunan, memperkenalkan mereka sebagai orang yang berjiwa mulia. 

   Setiap orang ingin menghancurkanku, mencari cara untuk mengalahkanku walau mereka ketakutan akan apa yang terjadi pada diri mereka jika mendekatiku. Sosok pemberani yang menghadangku secara sukarela dan dengan wajah tegar tetap menolong mereka yang sudah aku jangkiti. Aku mencintai kalian. Aku mendengar do'a banyak orang dan bertemu berkali-kali dengan malaikat kematian yang menatapku sendu.  "Pulanglah dengan tenang" aku menjadi penjelas dan penegas kematian untuk beberapa orang, lalu ketika aku mendengarkan do'a- do'a mereka menjelang kematian aku bersyukur "Tuhan trima mereka disisimu" aku mengamininya dengan senyum senang. 
    
   "Semua pasti ada hikmahnya" ucap sang malaikat ketika dia merangkul jiwa-jiwa di kedua sayapnya. aku tersenyum. 

   "Menjadi buruk itu tergantung pada sudut pandang manusia. kau mengingatkanku pada cara tuhan untuk menuntun manusia kembali kejalan yang benar. mungkin kau diciptakan dalam kondisi terburuk, tapi jika kau melihat pada yang positif pada dirimu dan mengamininya. kembalilah pada Tuhan yang menciptakanmu kelak dengan senyum bahagia" lalu aku menanamkan ucapan itu. yah.. aku sosok yang kalian benci dan aku tidak mempermaslahkannya. Jika kelak aku telah tiada, aku berharap kepergianku menjadikan situasi dan kondisi dunia menjadi lebih indah dan menyenangkan. 

  lalu apa yang akan kau ucapkan padaku .. ? 


Kembali pada diriku



  Seperti kembali, aku mendengarkan banyak kenangan dikamarku. Aku membuka lembar-lembar yang sudah usang bertuliskan huruf kapital berisi list cita-cita dan pengharapan anak kecil yang duduk didepan dunia imajinasinya. hey itu aku bertahun-tahun yang lalu. 

  kembali dirumah karena terpaksa awalnya, merasa tertekan dengan kepanikan yang melanda seluruh dunia, akan rasa takut terinfeksi virus corona, terbunuh beribu orang diseluruh dunia, dan aku harus berdiam diri mengkarantina diri dengan setuja kebingungan. Awalnya aku merasa ah.. kenapa semua ini bisa terjadi ? kenapa semakin sakit dunia ini. kisah-kisah menyeramkan mulai menjadi kenyataan dimana semua orang bahkan menanam rasa curiga penuh ketakutan pada orang lain, bahkan takut untuk keluar rumah untuk menyapa teman dengan senyum menggembirakan berkata "Ayo main" . 

     lalu aku kembali merebahkan diri dikamar, merasakan bosan dan muak menunggu kapan waktu datang untuk kembali bermain dengan teman-teman. menatap jendela yang memperlihatkan langit biru berawan yang tak kunjung hujan. lalu aku menatap satu buku yang telah berdebu dan terlupakan di bawah kolong meja secara tidak sengaja. ( hey, pikiran kecilku ) mengambilnya lalu membuka lembar- demi lemar. 

  aku ingin menjadi seorang pelukis terkenal, memperlihatkan betapa indahnya dunia. 

  Aku tersenyum membacanya, ah.. cita-cita pertamaku yang sangat naif, lihatlah sekarang dunia kacau dan sama sekali tidak indah untuk dijadikan objek lukisan. (Aku juga sudah melupakan cita-cita itu entah sejak kapan). hanya karena sekedar pujian bahwa gambarku bagus oleh guru TK dengan bangganya aku mengatakan aku ingin menjadi pelukis. Aku tertawa lirih mengingatnya, ah indahnya dunia saat itu. 

   aku ingin menolong banyak orang seperti pahlawan, power ranger biru

   Sejujurnya itu memalukan.  Pipiku memerah membaca kalimat itu, hey aku dulu adalah seorang yang sangat pro keadilan, seperti sosok pahlawan anak kecil di tv setiap hari minggu.  Tapi lihatlah diriku sekarang, sosok apatis yang hanya mencari rasa aman dibalik tembok rumah. Sering kali tidak peduli pada keadaan disekitar menjadi sosok tuli ketika mendengar orang meminta bantuan, menjadi orang buta ketika orang terlihat kesusahan. sosok yang sangat berbanding terbalik dengan yang aku idolakan ketika aku kecil. kenapa aku bisa berubah menjadi sosok yang seperti ini ? kelam sekali. 

   Lalu membuka lembar demi lembar lagi dan aku semakin menyadari aku kalah dengan harapan yang aku tulisakan dengan tanganku sendiri di waktu yang sudah berlalu. Menyesal.. aku kembali pada kenyataan, kala dunia ini terlihat begitu kejam apa aku masih bisa menjadi sosok yang dulu aku inginlkan. sosok yang akan memperlihatkan bahwa dunia itu indah, sosok yang akan menjadi pahlawan bagi banyak orang. Di kesendirianku dalam kamar ini aku melamun sekali lagi menfikirkan apa yang sudah terjadi. 

-Hey apa mungkin waktu ini datang dengan berbagai keburukannya hanya untuk mengingatkanku untuk melihat kembali kenangan dan harapan. 

-hm-- aku terlalu sibuk selama ini dengan duniaku sendiri. 

- sedih rasanya aku terlihat lebih manusia justru ketika aku tidak mengerti dan naif, bocah yang dengan bangganya menganggap dunia ini seperti cerita dongeng semata. 


  Lalu aku sadar, dunia ini bisa saja kembali menyenangkan. mungkin ketika aku kembali berfikir dan menjadi orang yang peduli. aku tersenyum,.. hey, setelah peringatan dan musibah ini .. 

"ayo buat negri impian yang indah dimana semua orang bisa menjadi pahlawan"

  Cukup kembali berfikir bagaimana caranya memperbaiki kehidupan ini. aku tidak ingin lagi impianku kandas karna rasa tidak peduliku yang lebih memintingkan nilai kehidupan hanya dari berapa banyaknya uang yang kau dapat, dari berapa tinggi pangkat yang kau emban. Tidak hanya mengkeluh-kesahkan apa-apa yang terjadi tapi tetap berpangku tangan. cukup menjadi sosok pencundang. aku ingin kembali pada diriku dimasa lalu yang penuh pengharapan. 

   Waktu bercanda bukan. waktuku hening dan membuatku berfikir sejenak.  Mungkin diriku dimasa lalu sedang menertawai kebodohanku. yah. tapi aku bersyukur aku bisa berdiam diri sejenak dan melihat kebelakang mendapati impian-impian yang dulu terlupakan. akan aku ucapkan.. 

Aku pulang...

pada diriku dimasa lalu yang menanti keberhasilanku dan terpenuhnya pengharapan-pengharapan yang dia tulisakan dengan rasa bangga di dalam dirinya. tersenyum senang aku ingin kembali melihatnya bisa menjadi sosok yang dia harapan dimasa depan dalam diriku. 









jika, mungkin hari ini tidak datang dengan semua yang ada.
aku mungkin tidak mengingatnya.


Rossiana Akid.